PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 "Setiap anak adalah ciptaan Tuhan yang unik; pembelajaran berdiferensiasi adalah cara kita menghormati ayat-ayat-Nya yang hidup dalam diri peserta didik."


fathani.com. – Di era pendidikan abad ke-21, tuntutan terhadap kualitas pembelajaran semakin meningkat. Tidak cukup lagi bagi guru untuk “mengajar”, tetapi ia dituntut untuk “memfasilitasi pembelajaran” yang relevan dengan kebutuhan setiap individu di kelas. Inilah semangat yang mendasari konsep pembelajaran berdiferensiasi—sebuah pendekatan yang tidak hanya menyentuh akal, tetapi juga menumbuhkan hati dan potensi unik peserta didik.

Namun, jauh sebelum teori ini menjadi tren dalam pedagogi modern, prinsip pembelajaran yang menghargai keragaman manusia sudah lebih dahulu ditegaskan dalam kitab suci umat Islam, Al-Qur’an. Inilah titik temu menarik antara ilmu pendidikan kontemporer dan hikmah ilahiah—bahwa mendidik bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga seni memahami setiap ciptaan Tuhan sebagai entitas unik.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang berangkat dari pemahaman bahwa peserta didik itu berbeda—dalam gaya belajar, minat, kesiapan, dan kecepatan berpikir. Carol Ann Tomlinson, salah satu pelopor teori ini, menekankan bahwa pembelajaran berdiferensiasi berarti menyesuaikan isi, proses, produk, dan lingkungan belajar sesuai kebutuhan individu peserta didik, bukan memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama.

Dengan pendekatan ini, guru bukan hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga perancang pengalaman belajar yang adil dan bermakna. Misalnya, dalam satu kelas yang sama, seorang siswa dapat belajar konsep melalui audio visual, sementara siswa lain belajar lewat diskusi atau praktik langsung. Yang terpenting, semua mendapatkan peluang yang setara untuk mencapai tujuan belajar, meski dengan jalan yang berbeda.

Perspektif Al-Qur’an

Al-Qur’an secara eksplisit mengakui bahwa manusia diciptakan dalam kondisi yang beragam. Dalam QS. Al-Hujurat: 13 disebutkan:

"Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal..."

Ayat ini bukan hanya menjelaskan keberagaman fisik dan sosial, tetapi juga dapat dimaknai secara pedagogis: bahwa setiap manusia membawa potensi, latar belakang, dan keunikan tersendiri. Dalam pendidikan, keragaman ini menuntut pendekatan yang inklusif dan penuh empati.

Al-Qur’an juga menegaskan adanya perbedaan tingkat pemahaman antarmanusia, sebagaimana dalam QS. Az-Zumar: 9:

"Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Pertanyaan retoris ini menegaskan bahwa kemampuan kognitif setiap manusia memang tidak seragam. Maka, memperlakukan peserta didik dengan metode yang seragam adalah bentuk ketidakadilan yang tidak sejalan dengan prinsip Ilahiah.

Mengintegrasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam pembelajaran berdiferensiasi bukan sekadar memasukkan ayat dalam RPP, melainkan menghadirkan sikap mendidik yang berlandaskan tauhid: bahwa setiap anak adalah amanah dari Allah yang memiliki fitrah belajar berbeda.

Guru harus melihat peserta didik bukan sebagai "produk massal" tetapi sebagai jiwa-jiwa unik yang memiliki fitrah dan rambu perjalanan belajar yang khas. QS. Al-Isra’: 84 menyebutkan:

"Katakanlah: Setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing (syakilah)."

Dalam konteks ini, pembelajaran berdiferensiasi menjadi cara guru menghormati “syakilah” (jalur hidup dan kapasitas belajar) masing-masing siswa. Tugas guru adalah memfasilitasi jalur itu, bukan menyeragamkan semuanya dalam kerangka yang kaku.




Spirit dan Strategi

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi tidak selalu memerlukan teknologi tinggi atau sumber daya mahal. Yang utama adalah kesadaran guru untuk mengamati, menganalisis, dan memahami kebutuhan siswa secara menyeluruh. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan guru:

Diferensiasi Isi: Siswa yang lebih cepat memahami materi dapat diberikan tantangan tambahan, sementara yang masih kesulitan diberi dukungan dan penguatan konsep dasar.

Diferensiasi Proses: Gunakan variasi strategi belajar: diskusi, eksperimen, proyek individu atau kelompok, atau metode tanya jawab. Gaya belajar divergen perlu diakomodasi.

Diferensiasi Produk: Biarkan siswa menunjukkan pemahamannya dengan cara yang paling sesuai: menulis esai, membuat infografis, membuat video pendek, atau menjelaskan secara lisan.

Diferensiasi Lingkungan: Ciptakan ruang kelas yang fleksibel dan ramah terhadap kebutuhan belajar yang berbeda—baik dari sisi suasana, waktu, maupun komunikasi.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, keadilan bukan berarti memberi hal yang sama kepada semua siswa, tetapi memberi apa yang dibutuhkan masing-masing untuk tumbuh. Inilah sejatinya prinsip rahmah (kasih sayang) dalam pendidikan.

Seorang guru yang memahami esensi pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga mentadaburi keberagaman, sebagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk dan kadar kemampuan yang berbeda-beda. Maka, pembelajaran bukan lagi sekadar proses akademik, tetapi juga ladang amal dan perwujudan iman.[ahf]

Posting Komentar untuk "PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI"