BELAJAR SEMU

 “Belajar semu membuat kita merasa berkembang, padahal sejatinya hanya berjalan di tempat.”

fathani.com. Belajar adalah kata yang sering kita dengar, tetapi maknanya kerap disalahpahami. Banyak orang mengira belajar identik dengan membaca buku, menulis artikel, atau mengikuti seminar. Padahal, aktivitas-aktivitas itu baru di permukaan. Belajar sejati bukan sekadar mengumpulkan informasi. Belajari sejati, sejatinya adalah proses perubahan: dari tidak tahu menjadi tahu, dari bingung menjadi paham, dari sekadar tahu menjadi mampu.

Masalahnya, kita sering berhenti di permukaan. Kita membaca buku hanya untuk menambah daftar bacaan, menulis sekadar menggugurkan kewajiban, atau ikut pelatihan sekadar hadir lalu lupa. Semua itu tampak seperti belajar, tetapi tidak selalu menumbuhkan pemahaman. Inilah yang disebut belajar semu. Sebuah ilusi belajar yang menipu.

Belajar sejati seharusnya menggerakkan pikiran, menyentuh hati, dan mengubah tindakan. Membaca tanpa merenung hanyalah konsumsi informasi. Menulis tanpa pemahaman hanyalah menyalin tanpa jiwa. Bahkan merenung tanpa tindakan pun belum lengkap. Belajar baru berarti bila ada harmoni: membaca untuk memperluas wawasan, merenung untuk memperdalam makna, menulis untuk menguji pemahaman, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.



Apakah belajar dilakukan sesuai kebutuhan saja? Atau belajar adalah kewajiban? Jawabannya: keduanya. Kita belajar karena butuh, tetapi juga karena sadar bahwa belajar adalah panggilan hidup. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Artinya, belajar bukan hanya strategi bertahan hidup, melainkan juga jalan menjaga martabat kemanusiaan.

Belajar semu akan berbahaya, karena membuat kita merasa berkembang padahal sebenarnya jalan di tempat. Kita bisa membaca puluhan buku, tetapi tetap berpikir dangkal. Kita bisa menulis panjang lebar, tetapi tidak pernah jujur pada pengalaman batin. Kita bisa rajin hadir di kelas atau forum, tetapi tidak ada perubahan nyata dalam sikap.

Matematika
Fenomena belajar semu juga nyata dalam pembelajaran matematika. Banyak siswa menghafal rumus, mengerjakan soal dengan langkah mekanis, bahkan bisa meraih nilai tinggi dalam ujian. Namun ketika dihadapkan pada persoalan baru yang menuntut pemahaman, mereka kebingungan. Mereka tampak seperti sudah belajar, padahal yang terjadi baru sebatas meniru prosedur. Inilah belajar semu dalam matematika: hasilnya terlihat, tetapi akarnya rapuh.

Belajar matematika sejati seharusnya menumbuhkan nalar, melatih intuisi, dan membiasakan berpikir logis. Menghafal rumus memang berguna, tetapi tidak cukup. Yang lebih penting adalah memahami mengapa rumus itu lahir, bagaimana konsep itu bekerja, dan dalam situasi apa ia relevan digunakan. Dengan begitu, pengetahuan matematika bukan sekadar tumpukan simbol, melainkan alat untuk memahami dunia.

Guru juga perlu waspada agar tidak terjebak pada pembelajaran semu. Mengajar bukan hanya soal menuntaskan silabus, memberi soal latihan, atau menjejalkan trik cepat. Mengajar matematika adalah mendampingi proses pencarian makna: mengajak siswa bertanya, menuntun mereka menemukan pola, serta mendorong keberanian mengambil langkah berpikir yang mandiri. Tanpa itu semua, kelas matematika hanya akan melahirkan hafalan singkat yang cepat hilang.

Socrates, filsuf Yunani kuno, pernah berpesan: “Pendidikan adalah menyalakan api, bukan mengisi bejana.” Kutipan ini terasa sangat relevan dengan pembelajaran matematika. Jika belajar hanya mengisi bejana dengan rumus dan prosedur, maka ia mudah bocor dan cepat tumpah. Tetapi bila belajar menyalakan api keingintahuan, maka pengetahuan akan terus menyala, bahkan di luar kelas sekalipun.

Alhasil, ukuran belajar bukan pada seberapa banyak aktivitas yang kita lakukan, melainkan seberapa dalam jejak yang ia tinggalkan. Belajar yang benar akan tercermin pada cara kita berpikir, bersikap, dan mengambil keputusan. Dalam matematika maupun bidang apa pun, jangan sampai kita puas dengan sekadar tampak sedang belajar, padahal yang terjadi hanyalah bayangan kosong. [ahf]


Posting Komentar untuk "BELAJAR SEMU"