DISPOSISI MATEMATIKA
“Disposisi matematika mengajarkan kita: bukan hanya bagaimana berpikir, tetapi mengapa kita perlu berpikir.”
fathani.com.–Dalam dunia pendidikan matematika, perhatian terhadap aspek kognitif, seperti pemahaman konsep, kemampuan menghitung, dan penalaran logis, cenderung lebih dominan daripada aspek afektif. Padahal, keberhasilan seseorang dalam belajar matematika tidak hanya ditentukan oleh kemampuan berpikir logis semata, tetapi juga oleh sikap dan kecenderungan batin terhadap matematika, yang disebut disposisi matematika.
Secara sederhana, disposisi matematika dapat dipahami sebagai kecenderungan atau kebiasaan seseorang untuk berpikir, merasakan, dan bertindak secara matematis. Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000), disposisi matematika mencakup sikap positif terhadap matematika, rasa ingin tahu, ketekunan, kepercayaan diri, serta kesenangan dalam mencari dan menemukan solusi.
Disposisi bukanlah sekadar minat, melainkan konsistensi sikap dan nilai yang mendorong seseorang untuk menggunakan kemampuan matematis dalam berbagai situasi. Seseorang yang memiliki disposisi baik tidak cepat menyerah ketika menemui kesulitan, justru merasa tertantang untuk mencari pola, memeriksa kemungkinan lain, dan yakin bahwa kesalahan adalah bagian dari proses berpikir.
Para ahli mengemukakan beberapa indikator disposisi matematika yang dapat diamati dalam proses belajar. Beberapa di antaranya meliputi:
Pertama: Rasa percaya diri dalam kemampuan matematis
Siswa berani mengemukakan pendapat, menjelaskan langkah penyelesaian, dan tidak takut salah.
Contoh: Seorang siswa mengatakan, “Saya belum yakin jawabannya, tapi saya ingin mencoba dengan cara lain,” menunjukkan kepercayaan diri yang konstruktif.
Kedua: Ketekunan dalam menyelesaikan masalah
Siswa tidak mudah menyerah dan terus berusaha mencari cara baru ketika menemui kesulitan.
Contoh: Saat tidak menemukan hasil dengan satu rumus, siswa mencoba pendekatan lain, misalnya menggambar grafik atau mencari pola numerik.
Ketiga: Rasa ingin tahu dan minat terhadap pola matematis
Siswa gemar bertanya “mengapa demikian” dan berusaha memahami alasan di balik rumus.
Contoh: Setelah belajar rumus luas segitiga, siswa bertanya mengapa rumusnya ½ × alas × tinggi, bukan bentuk lain.
Keempat: Apresiasi terhadap keindahan dan kegunaan matematika
Siswa mampu melihat hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari, serta menikmati keteraturan logika.
Contoh: Siswa menyadari bahwa pola simetri dalam batik, arsitektur masjid, atau irama musik adalah bagian dari matematika.
Kelima: Kecenderungan berpikir reflektif dan analitis
Siswa merefleksikan proses berpikirnya sendiri dan berusaha memperbaikinya.
Contoh: Setelah mengerjakan soal, siswa meninjau kembali langkah-langkahnya dan mengidentifikasi di mana kesalahannya terjadi.
Dalam Konteks Pembelajaran
Dalam kelas matematika, disposisi dapat tumbuh melalui strategi pembelajaran yang menekankan proses, bukan hanya hasil. Misalnya, dalam pembelajaran problem solving, guru memberikan soal terbuka seperti:
“Temukan semua cara untuk membentuk angka 24 dari empat bilangan 4.”
Soal semacam ini menumbuhkan rasa ingin tahu, melatih ketekunan, dan mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Guru juga dapat menumbuhkan disposisi positif dengan mengapresiasi proses berpikir, bukan hanya jawaban benar. Kalimat seperti “Menarik sekali cara berpikirmu” atau “Bagus, kamu mencoba strategi baru” dapat memperkuat rasa percaya diri matematis siswa.
Selain itu, pembelajaran kolaboratif juga efektif. Saat siswa berdiskusi dalam kelompok, mereka belajar menghargai pendapat orang lain, menyampaikan ide secara logis, dan menerima perbedaan cara berpikir. Semua ini merupakan bentuk nyata dari disposisi matematika yang sehat.
Disposisi matematika memiliki peran fundamental dalam membangun karakter ilmiah dan ketangguhan intelektual. Tanpa disposisi yang baik, siswa cenderung hanya mencari jawaban instan dan menghindari tantangan. Sebaliknya, siswa dengan disposisi kuat akan menjadikan kesulitan sebagai kesempatan belajar. Dalam jangka panjang, disposisi inilah yang membentuk lifelong learner; pembelajar sepanjang hayat, yang tidak hanya cakap berhitung, tetapi juga berpikir kritis, reflektif, dan berjiwa ilmiah.
Membangun disposisi matematika bukan pekerjaan instan. Ia tumbuh dari lingkungan belajar yang mendukung rasa ingin tahu, menghargai proses, dan menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Guru matematika berperan bukan sekadar pengajar rumus, tetapi pembimbing yang menyalakan semangat berpikir. Karena sejatinya, matematika bukan hanya tentang angka, melainkan tentang cara manusia berpikir dan berketekunan mencari kebenaran.[ahf]

Posting Komentar untuk "DISPOSISI MATEMATIKA"
Posting Komentar