MARIA MENULIS
fathani.com - MENULIS, tentu tidak sedikit pengalaman personal yang bisa dibagikan. Tidak pernah habis untuk diskusi tentang menulis. Diskusi yang bukan sebatas wacana saja, tetapi diskusi yang mencerahkan. Diskusi yang mengarah pada kebermanfaatan pada laku kehidupan manusia. Pengalaman menulis, masing-masing individu tentu berbeda-beda. Motivasi menulis juga bermacam-macam. Orientasi menulis juga beragam. Termasuk juga prinsip menulis.
Mari belajar menulis dari sosok penulis.
Dalam Majalah Aula, edisi Januari 2024, pada rubrik sosok, halaman 70-71, menarik untuk dijadikan teladan. Ialah Maria Fauzi, yang saat ini menjadi pengurus pimpinan wilayah Fatayat NU Yogyakarta. Salah satu yang ciri Maria yang ditampilkan dalam sosok adalah Maria menyukai dunia tulis-menulis.
Dalam pengakuannya, Maria suka menulis sejak 15 tahun yang lalu. Berarti sejak tahun 2009. Bagi Maria, menulis adalah perjalanan hidup. Ketika tidak menulis merasa jati dirinya hilang, karena menulis adalah panggilan. Menulis adalah menyuarakan hal-hal yang tidak bisa disuarakan oleh semua orang.
Lebih lanjut, Maria menjelaskan, menjadi penulis butuh keberanian. Oleh karena itu, ia berpesan kepada penulis, harus dipastikan sudah selesai dengan sendirinya dahulu. Jadi, ia sudah tahu betul yang akan dilakukan adalah benar,, pilihan hidup sudah benar, bisa menyuarakan dengan benar.
Adapun tips yang diberikan Maria adalah “untuk menjadi penulis yang pertama adalah berani, kemudian membaca, terus menulis. Kalau tidak berani tidak bakal menulis, kalau menulis tidak baca sama saja. Jadi, seorang pernulis itu berarti dia seorang pembaca yang baik, karena tidak mungkin dia menulis terus tidak punya referensi bacaan.
Membaca dan menulis merupakan dua mata koin, yang dua-duanya harus dilakukan. Inilah prinsip yang dipegang Maria dalam melakoni aktivitas menulis dalam hidupnya.
Memang, skill dan pengalaman menulis, tidak selalu harus sama. Namun, kita bisa menjadikan pengalaman, prinsip menulis yang dialami Maria untuk dijadikan cermin dalam pengalaman menulis bagi kita masing-masing. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Pasti ada manfaatnya.
Dalam pengakuannya, Maria suka menulis sejak 15 tahun yang lalu. Berarti sejak tahun 2009. Bagi Maria, menulis adalah perjalanan hidup. Ketika tidak menulis merasa jati dirinya hilang, karena menulis adalah panggilan. Menulis adalah menyuarakan hal-hal yang tidak bisa disuarakan oleh semua orang.
Lebih lanjut, Maria menjelaskan, menjadi penulis butuh keberanian. Oleh karena itu, ia berpesan kepada penulis, harus dipastikan sudah selesai dengan sendirinya dahulu. Jadi, ia sudah tahu betul yang akan dilakukan adalah benar,, pilihan hidup sudah benar, bisa menyuarakan dengan benar.
Adapun tips yang diberikan Maria adalah “untuk menjadi penulis yang pertama adalah berani, kemudian membaca, terus menulis. Kalau tidak berani tidak bakal menulis, kalau menulis tidak baca sama saja. Jadi, seorang pernulis itu berarti dia seorang pembaca yang baik, karena tidak mungkin dia menulis terus tidak punya referensi bacaan.
Membaca dan menulis merupakan dua mata koin, yang dua-duanya harus dilakukan. Inilah prinsip yang dipegang Maria dalam melakoni aktivitas menulis dalam hidupnya.
Memang, skill dan pengalaman menulis, tidak selalu harus sama. Namun, kita bisa menjadikan pengalaman, prinsip menulis yang dialami Maria untuk dijadikan cermin dalam pengalaman menulis bagi kita masing-masing. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Pasti ada manfaatnya.
Mari terus menulis. Jangan lupa membaca. [ahf]
Posting Komentar untuk "MARIA MENULIS "
Posting Komentar