TETAP BELAJAR
fathani.com – JAMAK kita saksikan, bahkan mungkin di antara kita justru yang pernah mengalami, termasuk saya sendiri, ialah merasa senang ketika tiba-tiba guru/dosen kita memberitahu bahwa untuk matakuliah "X", ujiannya take home, ujiannya bersifat open book.
Atau ada yang lebih menyenangkan lagi, ujiannya cukup diganti dengan menyusun makalah, kemudian dikumpulkan pada saat pelaksanaan ujian, dan hanya hadir untuk tanda tangan presensi kehadiran peserta ujian sekaligus mengumpulkan makalah.
Bandingkan dengan, ketika sang guru/dosennya mengatakan bahwa untuk ujian matakuliah "Z", bersifat close book, ujiannya lisan dan individual. Biasanya kebanyakan peserta didik merespon dengan nada "sinis". Karena, jika sistemnya seperti yang terakhir ini, maka perlu ada persiapan ekstra untuk menghadapi pelaksanaan ujian, jika ingin mendapatkan hasil yang terbaik. Berbeda dengan situasi yang pertama tadi, peserta didik dapat terbebas dari perjuangan menghadapi ujian. Mereka merdeka.
Sekarang, bandingkan dengan situasi berikut.
Apapun sistem ujiannya, ada ujian atau tidak, tidaklah menjadi masalah. Sifatnya open book atau close book, cuek saja. Peserta didik yang berkarakter seperti ini tidak menjadikan ujian sebagai suatu hal yang momok. Biasa saja. Ujian, bukanlah sesuatu yang harus diperlakukan secara berlebihan. Bukan berarti kalau waktunya ujian, lalu belajar semalam suntuk. Sementara, kalau tidak ada ujian, tidak belajar.
Peserta didik, tugasnya ya belajar, belajar, dan belajar. Ada ujian atau tidak, ya tetap belajar. Belajar, seyogianya tidak diniatkan untuk ujian, tidak untuk mendapatkan nilai 100. Khawatir, kalau niat belajar untuk menghadapi ujian, maka jika tidak ada ujian, mereka tidak jadi belajar.
Demikian juga, jika belajar diniati untuk mendapatkan nilai 100, khawatir kalau sudah dapat nilai 100, lantas berhenti belajar. Belajar semestinya diniati sebagai wujud thalabul Ilmi. Belajar lillahi taala. (ahf).
Posting Komentar untuk " TETAP BELAJAR"
Posting Komentar