STUDI IZZA
fathani.com- BELAJAR itu harus menjadi komitmen kita semua. Tidak hanya kepada guru di sekolah, dosen di kampus, atau kyai di pondok pesantren. Ya di mana pun, kita bisa belajar. Kepada siapa pun, kita bisa berguru. Tua, muda, atau anak yang masih kecil. Tidak hanya melalui kegiatan membaca buku-kitab. Di era sekarang, kita bisa berselancar bebas tanpa sekat di dunia maya, internet. Seperti yang saya lakukan “baru saja”. Saya berselancar di website kampus UNY, https://www.uny.ac.id.
Saya memperoleh informasi yang sangat berharga dari potret perjalanan studi mahasiswa atas nama: Maghfiroh Izza Maulani. Maghfiroh Izza berhasil menamatkan kuliahnya di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan IPK 3,77 dan meraih predikat cum laude. Maulani ini merupakan anak pertama pasangan Sudarjo dan Sri Wahyuni. Pasangan ini –sehari-harinya- berprofesi sebagai buruh serabutan.
Bagaimana sebenarnya rekam perjalanan studi yang dilakoni Izza?
Dalam website UNY tersebut, dikisahkan bahwa sesungguhnya perjalanan hidup Izza tidak mudah. Pada saat menempuh pendidikan di SMPN 2 Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah, gadis ini nyaris tidak dapat melanjutkan sekolah ke bangku SMA karena ketiadaan biaya. Padahal Izza menjadi lulusan terbaik SMP di Sub Rayon Salam dengan total nilai Ujian Nasional 379,5 atau dengan nilai rerata 94,875.
Sempat terpikir untuk melanjutkan sekolah di SMK terdekat dengan biaya yang murah, namun berkat kemurahan hati seorang dermawan yang berkenan menjadi orang tua asuh, Izza berkesempatan sekolah di SMAN 3 Magelang.
Dari peristiwa ini, mengingatkan kepada kita semua: bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Pada saat Izza kebingungan untuk melanjutkan studi ke bangku SMA, karena kendala ekonomi, maka atas izin Allah swt, datanglah seorang dermawan. Ini tentu menjadi pelajaran kita semua bahwa seorang dermawan ini tentu harus mampu melihat “kebutuhan” orang di sekelilingnya, tidak hanya fokus kebutuhan diri dan keluarganya saja.Menjadi dermawan yang terus bersyukur, dan di dalamnya terdapat kekayaan yang membawa keberkahan.
Bagaimana selanjutnya?
Selulus SMA Izza kembali bingung. Lagi-lagi masih dengan masalah yang sama yakni finansial. "Kalau mau kuliah, cari biaya sendiri ya. Bapak ibu tidak punya biaya" kata Sudarjo. Walaupun sempat down dengan keadaan waktu itu, apalagi mimpi Izza saat itu ingin menjadi dokter, dia menyadari kalau kuliah itu tidak murah apalagi bidang kedokteran.
Namun dengan bimbingan guru BK, akhirnya Izza menemukan minat di bidang lain. Karena suka matematika dan fisika, akhirnya warga Tersan, Desa Tersan Gede, Kecamatan Salam Magelang tersebut terpikirkan untuk mengambil jurusan terkait. Sekolah pun ikut andil dengan mendaftarkannya pada beasiswa bidikmisi yang sekarang bernama KIP Kuliah.
Setelah melalui tes SBMPTN, Izza diterima sebagai mahasiswa baru pendidikan matematika UNY. Meski begitu, dia belum dinyatakan lolos bidikmisi karena perlu ada survey dan kuota yang terbatas. “Pada awal semester, saya sempat tidak lolos bidikmisi. Sempat kelimpungan, takut UKT mahal dan tidak bisa membayar” kata Izza,. Namun Izza beruntung karena ada penambahan kuota mahasiswa bidikmisi, sehingga Izza berhasil lolos. Akhirnya Izza menjalani kuliah tanpa memikirkan biaya pendidikan.
Apa pelajaran yang diambil?
Izza yang menyadari dalam posisi keluarga yang memiliki keterbatasan finansial, namun tekad yang kuad dalam thalabul ilmi, telah membuka jalan kemudahan dan kelancaran. Jalan tersebut, di antaranya Guru BK SMA dan pihak sekolah membantu “mengantarkan” Izza untuk mendaftar studi di bangku perkuliahan. Melalui jalur SBMPTN skema Bidikmisi (KIP Kuliah) menjadi pintu pembuka kebuntuan yang dihadapi Izza, meski harus “menunggu” ada “rezeki penambahan kuota”. Alhasil, berkat ikhtiar yang tekun, ulet, sabar, dengan tetap husnudzan, akhirnya izza bisa menjalani perkuliahan tanpa kesulitan biaya. Selalu saja ada jalan. Kuncinya: kita semua harus melakukan ikhtiar maksimal.
Izza memang salah seorang yang komitmen tinggi dan memiliki mental bersyukur yang luar biasa. Apa buktinya?
Selama kuliah, Izza terus berproses. “Hampir setiap hari saya berangkat pukul 6 pagi karena saya membutuhkan waktu satu jam untuk ke kampus” katanya. Untuk menghemat biaya, hampir setiap hari Izza membawa bekal makan. Mengingat jarak rumah cukup jauh dan jadwal kuliah tidak berurutan, untuk mengisi waktu luang Izza bergabung menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Matematika, UKMB Magenta Radio dan berkesempatan mengikuti Kampus Mengajar.
Izza sempat menjalani kuliah online karena pandemi virus Covid-19. Kendala yang sering terjadi adalah masalah sinyal dan perangkat. Tidak jarang harus kuliah di pinggir jalan atau di rumah tetangga, bahkan sempat juga di makam. Meski begitu, Izza terus berusaha mengikuti kuliah melalui modul-modul yang dibagikan. Kemudian, pada awal semester 5 Izza mulai mengajar les matematika untuk mengasah skill sekaligus mencukupi kebutuhan. Izza berhasil merampungkan kuliah dan segala lika-likunya dan mengikuti wisuda pada Agustus 2022. Sekarang Izza telah mengajar di SMAS Daar el Qolam Tangerang dan masih menyimpan keinginan untuk studi lanjut S2.
Apa yang dilakoni Izza ini harus menjadi “panutan” kita semua, terutama yang saat ini sedang menempuh studi. Kata kuncinya adalah: marilah kita semua melakukan ikhtiar secara maksimal. Setelah ikhtiar, kita tidak boleh lupa, untuk bersyukur. Ya, mensyukuri atas semua kenikmatan yang Allah swt berikan kepada kita. Alhamdulillah.
Mari kita belajar dari kegigihan Maghfiroh Izza Maulani. Orangtua, guru, sekolah, teman-temannya mendukung semua atas tekad yang kuat Izza dalam menempuh studi. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah. Bismillah. [ahf]
Posting Komentar untuk "STUDI IZZA"
Posting Komentar