SANTRI DIGITAL
fathani.com. – Dewasa ini, telah nyata terjadi, bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terbukti membawa perubahan besar. Perubahan ini menyasa dalam berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam ranah keagamaan dan pendidikan pesantren. Di tengah era digital ini, muncul fenomena baru yaitu "santri digital". Ialah generasi santri yang tidak hanya menguasai kitab kuning, tetapi juga mahir berselancar di dunia maya.
Santri digital menjadi representasi dari transformasi kultural dan edukatif yang terjadi di lingkungan pesantren sebagai respons terhadap tantangan zaman. Media massa, baik konvensional maupun digital, memainkan peran penting dalam memperkuat eksistensi santri digital sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.
Santri, selama ini dikenal sebagai penjaga nilai-nilai tradisional dan moralitas keislaman. Namun, dengan masuknya arus globalisasi dan disrupsi digital, peran santri berkembang menjadi lebih luas. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023), sekitar 70% pesantren di Indonesia sudah mulai menggunakan platform digital untuk pembelajaran dan komunikasi internal. Ini menunjukkan bahwa pesantren tidak lagi eksklusif dalam struktur pendidikan konvensional, tetapi mulai terbuka terhadap inovasi teknologi. Santri di era peradaban baru. Peradaban teknologi.
Santri digital memiliki keunggulan ganda: pemahaman keislaman yang kuat-kokoh dan kemampuan digital yang adaptif. Mereka mampu menulis artikel keislaman di blog, berdakwah melalui media sosial, hingga membuat konten edukatif berbasis multimedia. Dengan memanfaatkan media massa, santri digital memiliki jangkauan dakwah yang jauh lebih luas dan berdampak (positif).
Media massa, termasuk di dalamnya media sosial-digital telah menjadi sarana strategis dalam penyebaran informasi dan opini publik. Dalam konteks santri digital, media massa—terutama media sosial-digital seperti YouTube, Instagram, dan podcast—menjadi ruang dakwah baru yang lebih interaktif dan komunikatif. Tidak sedikit santri yang kini memiliki kanal YouTube pribadi untuk menyampaikan kajian keislaman, membahas isu-isu sosial, hingga memberikan edukasi digital berbasis nilai-nilai pesantren.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa tidak semua konten keislaman yang tersebar di media sosial-digital bersifat edukatif dan moderat. Di sinilah santri digital memiliki peran penting untuk menghadirkan konten yang kredibel, santun, dan mengedepankan prinsip rahmatan lil 'alamin. Santri digital juga menjadi agen literasi media, yang mampu mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam memilah informasi di tengah arus disinformasi dan hoaks.
Meskipun memiliki peluang besar, santri digital juga menghadapi tantangan serius, terutama dalam menjaga etika bermedia. Dunia digital membuka ruang untuk keterbukaan informasi, tetapi juga berpotensi menimbulkan polarisasi, ujaran kebencian, dan penyebaran paham ekstrem. Oleh karena itu, penting bagi santri digital untuk tidak hanya menguasai aspek teknis, tetapi juga memperkuat etika digital dan literasi kritis.
Di sisi lain, pesantren sebagai lembaga pendidikan juga harus mulai memasukkan kurikulum literasi digital dalam pendidikan formal dan nonformal. Upaya seperti pelatihan jurnalistik santri, workshop produksi konten kreatif, dan pendidikan keamanan siber perlu dikembangkan secara sistematis agar santri siap bersaing di era global.
Santri digital adalah wajah baru dari generasi pesantren yang adaptif terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Mereka menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi, antara nilai dan teknologi. Dengan peran aktif di media massa, santri digital tidak hanya menjaga warisan keilmuan Islam, tetapi juga membangun peradaban digital yang beradab dan inklusif. Ke depan, peran media massa dan institusi pesantren harus bersinergi untuk melahirkan lebih banyak santri digital yang cakap, kritis, dan beretika. [ahf]
Posting Komentar untuk "SANTRI DIGITAL"
Posting Komentar