KYAI MATEMATIKA

“Guru Matematika sejati adalah kyai matematika, yang tidak hanya mengajarkan matematika, tetapi juga mendidik yang menuntun logika dan hati.”

fathani.com. – Di kelas-kelas sekolah kita, guru matematika sering dipandang sekadar pengajar seputar: angka, bilangan, rumus, dan hitungan. Padahal, sesungguhnya guru memikul amanah yang lebih mulia dari sekadar itu. Seorang guru matematika bukan hanya bertugas menjelaskan materi ‘pengetahuan’ matematika, melainkan juga mendidik, membentuk karakter, dan menuntun peserta didik untuk mengenali kebesaran Allah swt melalui keteraturan ilmu yang dipelajarinya.

Mari kita bayangkan! Ketika seorang siswa diajak memahami konsep limit, sesungguhnya ia sedang diajak merenungkan batas-batas kehidupan. Saat seorang siswa mempelajari simetri dan geometri, ia sedang menyentuh tanda-tanda kesempurnaan ciptaan Allah swt. Pola bilangan Fibonacci, lingkaran, dan keteraturan aljabar, semuanya membuka jendela untuk melihat jejak kebijaksanaan Ilahi. Matematika, dengan demikian, bukan sekadar hitungan, melainkan bahasa keteraturan alam semesta yang menyingkap kebesaran Tuhan. Tuhan yang Maha Matematis.

Dalam tradisi Islam, menuntut ilmu adalah perintah agama. Rasulullah SAW menegaskan bahwa mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim. Al-Qur’an berulang kali mengajak manusia untuk berpikir (tafakkur) dan merenung (tadabbur) atas ciptaan Allah swt. Allah swt berfirman dalam QS. Ali Imran (190–191) ditegaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Ayat ini menegaskan bahwa berpikir, menghitung, dan merenungkan keteraturan semesta adalah ibadah, karena ia mengantarkan manusia pada kesadaran akan kebesaran Allah swt. Maka, belajar matematika sesungguhnya bagian dari perintah agama, bagian dari ibadah intelektual sekaligus spiritual.

Di titik inilah pentingnya hadir sosok kyai matematika. Istilah ini tidak berarti guru matematika harus berkhutbah layaknya ulama di mimbar, melainkan ia menyematkan nilai, makna, dan hikmah di balik pelajaran yang tampak “kering” itu. Guru matematika sejati adalah kyai matematika, yang tidak hanya mengajarkan rumus, tetapi juga menuntun jiwa. Ia menumbuhkan rasa kagum dan syukur, menghubungkan logika dengan hati, serta menjadikan matematika sebagai sarana taqarrub ilallah. Dengan demikian, ruang kelas bukan lagi sekadar tempat menghafal rumus, tetapi juga ruang perjumpaan antara nalar manusia dan keagungan Tuhan.

Misi ini sejalan dengan hakikat pendidikan itu sendiri: memerdekakan akal sekaligus menuntun jiwa. Seorang kyai matematika tidak membiarkan siswanya tenggelam dalam angka-angka tanpa makna. Ia menyalakan cahaya, agar siswa mampu melihat matematika bukan sekadar instrumen berpikir, melainkan juga jendela yang menyingkap kesempurnaan ciptaan Allah swt. Belajar matematika sejatinya adalah belajar mendekat kepada Allah swt, melalui keteraturan ciptaan-Nya.

Di era serba digital ini, peran kyai matematika menjadi semakin penting. Di tengah derasnya arus teknologi dan kecerdasan buatan, anak-anak kita memerlukan panduan untuk tetap berpijak pada nilai dan iman. Matematika bisa menjadi jembatan, asalkan guru menyadari bahwa ia bukan hanya pengajar, melainkan juga pendidik sekaligus penunjuk jalan menuju kesadaran yang lebih tinggi.

Alhasil, marilah kita dukung lahirnya kyai-kyai matematika di ruang-ruang kelas Indonesia. Bukan hanya guru yang menguasai materi, tetapi juga pendidik yang menghadirkan makna dan hikmah. Bukan hanya pengajar rumus, tetapi juga penunjuk jalan menuju kebesaran Tuhan. Dengan demikian, matematika tidak lagi menjadi momok yang menakutkan, melainkan cahaya yang menuntun kita semakin dekat kepada-Nya.[ahf]

Posting Komentar untuk "KYAI MATEMATIKA"