INTUISI DISKUSI
“Diskusi tanpa intuisi hanyalah debat; diskusi dengan intuisi adalah jalan menuju kebijaksanaan.”
fathani.com. – Dalam ruang belajar, diskusi biasanya dipandang sebagai ajang bertukar pendapat, adu argumentasi, atau sekadar klarifikasi ide. Namun di balik proses rasional itu, ada satu unsur halus yang sering terlupakan: intuisi. Intuisi dalam diskusi bukan sekadar firasat atau perasaan spontan, melainkan kepekaan batin yang memandu seseorang untuk berbicara, mendengarkan, dan menimbang gagasan dengan bijak.
Intuisi membuat seseorang mampu menangkap makna tersirat dari pembicaraan orang lain. Ia bukan hasil dari perhitungan logis semata, tetapi lahir dari pengalaman, empati, dan pemahaman kontekstual. Ketika seorang mahasiswa, misalnya, mengikuti diskusi ilmiah, ia tidak selalu menunggu argumen sempurna sebelum berpendapat. Ada momen di mana ia “merasa” bahwa sebuah ide perlu diungkapkan, dan ternyata ide itu membuka jalan bagi pemahaman bersama. Di situlah intuisi diskusi bekerja.
Dalam konteks pendidikan, khususnya pendidikan matematika, intuisi diskusi berperan penting. Mahasiswa biasanya menemukan pemahaman baru bukan hanya dari penjelasan dosen, tetapi dari dialog reflektif bersama teman-temannya. Ketika seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan yang “tampak sederhana” namun menyentuh inti persoalan, itu seringkali bukan hasil perhitungan logis, melainkan panggilan intuitif terhadap makna. Diskusi menjadi wadah lahirnya intuisi kolektif, sebuah kebijaksanaan bersama yang tumbuh dari interaksi pemikiran.
Intuisi diskusi juga melibatkan seni mendengarkan. Dalam suasana debat, orang cenderung fokus pada pembelaan argumen. Tetapi dalam diskusi yang bermakna, intuisi menuntun seseorang untuk berhenti sejenak, menyimak getaran ide orang lain, lalu menanggapi dengan kepekaan. Ini bukan kelemahan, melainkan kekuatan batin yang memungkinkan pemahaman yang lebih dalam.
Jika dikaitkan dengan nilai-nilai spiritual, intuisi diskusi bisa dipandang sebagai bentuk hikmah, kebijaksanaan yang datang dari hati yang bersih dan pikiran yang jernih. Al-Qur’an mengajarkan pentingnya berdialog dengan cara yang terbaik (wa jādilhum billatī hiya aḥsan), yang menuntut bukan hanya kecerdasan logis, tetapi juga kelembutan intuisi.
Dalam ruang kelas yang ideal, dosen tidak hanya mengarahkan diskusi dengan aturan formal, tetapi juga memberi ruang bagi intuisi mahasiswa. Setiap mahasiswa memiliki momen ketika ia merasa “klik” terhadap suatu konsep, dan momen itu sering muncul saat berdiskusi. Dari sinilah lahir apa yang disebut sebagai maturity of intuition (kematangan intuisi), yakni kemampuan menyeimbangkan antara penalaran dan perasaan intelektual.
Maka, diskusi sejatinya bukan ajang membuktikan siapa yang benar, tetapi tempat bersama untuk menumbuhkan kebenaran. Di dalamnya, intuisi menjadi jembatan antara logika dan empati, antara rasionalitas dan kebijaksanaan hati.
Intuisi diskusi mengajarkan bahwa berpikir bukan hanya soal bicara, tetapi juga tentang mendengarkan dengan hati. Ia menuntun setiap peserta untuk tidak hanya memahami apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa sesuatu dikatakan. Dan di titik itu, diskusi menjadi bukan sekadar pertukaran kata, melainkan perjumpaan makna.[ahf]
Posting Komentar untuk "INTUISI DISKUSI"
Posting Komentar