LITERASI PENGUMUMAN

“Di era digital, membaca pengumuman dengan cermat adalah bentuk kecerdasan baru: cerdas mencari, cerdas memahami, dan cerdas bertindak.”

 

fathani.com. – Di era digital saat ini, informasi mengalir deras dari berbagai arah. Setiap hari, lembaga pendidikan, instansi pemerintah, dan komunitas publik mengumumkan berbagai hal penting: mulai dari jadwal seleksi, hasil beasiswa, hingga perubahan kebijakan. Namun, masih sering kita temui fenomena sederhana yang menggelitik, ada pengumuman yang sudah jelas tertulis, tapi masih banyak yang bertanya hal yang sebenarnya sudah dijawab di dalam pengumuman itu sendiri. Inilah tanda bahwa literasi pengumuman belum benar-benar tumbuh.

Membaca pengumuman bukan sekadar melirik. Banyak orang membuka pengumuman, tapi tidak membacanya dengan penuh perhatian. Akibatnya, informasi penting terlewat begitu saja. Dalam konteks pendidikan, misalnya, mahasiswa sering melewatkan detail kecil: batas waktu pengumpulan berkas, persyaratan tambahan, atau tautan pengisian formulir. Padahal, hal-hal kecil itulah yang menentukan kelancaran proses administrasi.

Kemampuan membaca dengan cermat merupakan bentuk tanggung jawab diri. Ia bukan sekadar soal kecerdasan bahasa, tapi juga sikap disiplin dan kesadaran informasi. Dalam matematika, ketelitian adalah kunci keberhasilan menyelesaikan soal. Begitu juga dalam kehidupan digital, ketelitian membaca pengumuman adalah kunci untuk memahami arah kebijakan dan peluang yang tersedia.

Kebiasaan yang sering muncul adalah “bertanya dulu, baru membaca.” Padahal, dalam budaya literasi informasi, seharusnya dibalik: “baca dulu, baru bertanya.” Mengajukan pertanyaan tanpa membaca sumber resmi bukanlah bentuk keaktifan, tapi cerminan kurangnya kemandirian dalam mengelola informasi.

Di era serba cepat ini, semua orang dituntut untuk menjadi pembelajar otonom. Ketika sebuah pengumuman sudah tersedia di website resmi, maka tugas kita adalah mengakses, membaca, dan memahami. Jika masih ada hal yang belum jelas setelah membaca, barulah pertanyaan diajukan dengan cerdas dan spesifik.


Berkat teknologi, pengumuman kini tidak lagi terbatas pada papan mading fisik. Website, media sosial resmi, dan portal daring mempermudah siapa pun untuk mengetahui informasi terbaru. Namun, kemudahan ini juga menuntut kedisiplinan baru: update dan update.

Jangan menunggu informasi disampaikan secara pribadi; jadilah pencari informasi aktif. Tidak perlu lagi bertanya, “Alamat websitenya apa?” karena dalam dunia digital, keterampilan menelusuri sumber resmi adalah bagian dari literasi dasar. Jika dulu membaca koran adalah tanda kecerdasan sosial, kini membuka situs resmi institusi menjadi simbol kecerdasan digital.

Literasi pengumuman bukan sekadar kebiasaan membaca pengumuman, tetapi sebuah budaya berpikir sistematis, mandiri, dan bertanggung jawab. Ia menumbuhkan kedisiplinan berpikir seperti dalam matematika: mengenali struktur, memahami maksud, dan menindaklanjuti sesuai logika yang tepat.

Masyarakat yang memiliki literasi pengumuman yang baik tidak akan mudah bingung oleh kabar simpang siur. Mereka tahu di mana mencari informasi valid, bagaimana memeriksa kebenarannya, dan kapan harus bertindak.

Era digital menuntut kecerdasan baru, bukan sekadar cepat menerima informasi, tapi juga cermat memahami dan menindaklanjutinya. Literasi pengumuman menjadi bentuk literasi digital paling dasar yang sering diabaikan. Mulailah dengan hal kecil: biasakan membaca pengumuman dengan saksama, pahami isinya, dan latih diri untuk selalu memperbarui informasi dari sumber resmi. Karena di tengah derasnya arus informasi, yang cerdas bukan yang paling cepat bertanya, tapi yang paling teliti membaca.[ahf]

Posting Komentar untuk "LITERASI PENGUMUMAN"