INTUISI MENUNGGU
“Menunggu bukan kehilangan waktu, tetapi cara waktu mendewasakan pikiran.”
Fathani.com. – Dalam kehidupan akademik, menunggu biasanya menjadi bagian yang tak terhindarkan. Menunggu dosen pembimbing yang belum membalas pesan, menunggu hasil revisi, atau menunggu jadwal bimbingan yang tak kunjung pasti. Sekilas, menunggu tampak seperti aktivitas pasif, cenderung tidak produktif, bahkan kadang melelahkan secara emosional. Namun di balik semua itu, ada ruang reflektif yang kaya makna: ruang di mana intuisi sedang bekerja dalam diam.
Menunggu bukan hanya tentang waktu yang berlalu, tetapi tentang proses batin yang sedang berlangsung. Dalam masa menunggu, seseorang belajar menata rasa cemas, mengolah harapan, dan membangun kesadaran diri. Mahasiswa yang menunggu dosen pembimbing, misalnya, mungkin awalnya merasa gelisah dan tidak berdaya. Namun seiring waktu, ia mulai belajar membaca situasi, memahami ritme kesibukan dosen, dan mengatur strategi untuk memanfaatkan waktu menunggu secara bijak. Di sinilah intuisi menunggu berperan, yakni kemampuan untuk menangkap makna di balik ketidakpastian.
Lebih jauh, intuisi menunggu juga mengandung nilai pendidikan karakter. Ia mengajarkan kesabaran, empati, dan ketulusan dalam berinteraksi dengan orang lain. Dunia akademik bukan hanya tempat menulis dan meneliti, tetapi juga ruang pembentukan kematangan diri. Menunggu bukan berarti berhenti bergerak; justru di sanalah seseorang belajar untuk tetap produktif di tengah ketidakpastian: membaca, memperbaiki naskah, memperluas wawasan, atau menata strategi penelitian berikutnya.
Dalam perspektif yang lebih luas, menunggu adalah bagian dari perjalanan intelektual. Setiap penemuan besar, baik dalam ilmu maupun kehidupan, lahir dari proses yang tidak instan. Sama seperti benih yang membutuhkan waktu untuk tumbuh menjadi pohon, intuisi juga memerlukan ruang dan waktu untuk matang. Menunggu menjadi momen “pematangan batin” yang tak tergantikan oleh kecepatan teknologi atau kemudahan komunikasi.
Maka, intuisi menunggu bukanlah bentuk kelemahan, tetapi kecerdasan emosional dan spiritual yang tumbuh dari kesabaran. Ia menuntun kita untuk memahami bahwa dalam dunia akademik: sebagaimana dalam kehidupan, tidak semua hal bisa dipercepat. Ada hikmah yang hanya muncul ketika kita mau menunggu, mendengarkan, dan membiarkan waktu mengajarkan sesuatu yang tidak tertulis di buku mana pun. [ahf]

Posting Komentar untuk " INTUISI MENUNGGU"
Posting Komentar